Catatan Bpk.Kris Budiharjo : LANGENASTRO
Langenastro jaman dahulu merupakan bregada (kesatuan prajurit) karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Para prajurit Langenastro tempat-tinggalnya di dalam benteng karaton, di kampung Langenastran, tepatnya di sisi timur Alun-alun Kidul.
Sekarang bregada Langenastro sudah tidak-ada, digabung dengan bregada Mantrijero karaton Yogyakarta.
k
kGladhen Jemparingan Mataraman
Tulisan : Ir. K.M.T. H. Prajaprawiraputra, APU (Ir. H. Ngadi Prawiraputra, APU)
I. PENDAHULUAN
Di Jawa, orang banyak tahu tentang ‘panah atau jemparing‘ karena mendengar ceritera sejarah atau membaca buku-buku cerita Mahabharata, dan melihat pagelaran wayang kulit Perang Bharata Yudha, bahwa ‘Panah‘ adalah ‘alat‘, sebagai senjata pusaka para Raja, Senapati, dan Satriya untuk bela-diri dan perang.
Dan ‘memanah‘ adalah melepas panah dengan Gendhewa, identik dengan menembakkan peluru dengan bedil untuk berperang.
Satriya (Ekalaya, Arjuna, Adipati Karna) dalam cerita pewayangan, dikenal sakti dan ‘mahir manah tepat sasaran‘.
Pengajian Sunnah Rasullullah Muhammad SAW, bersabda: ‘ajarkan manah‘.
KRT. H. Jatiningrat SH. (2014), di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, sejak zaman dahulu dalam Budaya Mataraman ada Jemparingan atau Panahan yang masih lestari disukai banyak orang untuk : kesenangan, silaturahmi, olahraga ringan, melalui Gladhen Jemparingan Mataraman.
Gladhen Jemparingan Mataraman., yaitu latihan manah dengan ‘tuladha‘ membidik sasaran menggunakan mata hati (manah), tidak menggunakan mata semata.
Dengan melihat ‘Tuladha’ dan meniru cermat sepenuh-hati, bangkit rasa percaya diri dan greget menjadi “mahir manah”.
Masa kini, Jemparingan Mataraman sebagai Ajaran Moral, dikenal merupakan Budaya warisan Suwargi Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwana Senapati Ing Ngalaga Ngabdurrahman Sayidin Panatagama Kalifatullah Ingkang Jumeneng Sepisan, sebagai Pemilik dan Pendiri Kerajaan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat.
Dan sekarang Jemparingan Mataraman sudah dikembangkan menjadi Cabang Olah Raga Panahan ‘PERPANI’ (Persatuan Panahan Indonesia) yang diperlombakan. Bahkan Indonesia pernah berhasil meraih Juwara Pertama Tunggal Putri Panahan Dunia tahun 2016.
Dampaknya langsung dapat meningkatkan usaha ekonomi rakyat, antara lain : Industri / pengrajin rumah-tangga Jemparing semakin banyak memproduksi ‘panah‘ dan ‘aneka gendewa‘ sebagai barang dagangan laris.
.
II. Jemparingan Mataraman
‘Jemparing Mataraman‘ merupakan ‘Ajaran moral‘ dasar filosofi Pamenthanging Gendhewa – Pemanthenging Cipta’. diciptakan oleh RM Sujana (Pangeran Mangkubumi), hakekatnya merupakan implementasi Ajaran leluhur Kanjeng Sultan Agung Hanyakrakusuma: “Mangasah Mingising Budi – Memasuh Malaning Bumi – Hamemayu Hayuning Bawana‘ yang bersifat universal, guna membentuk watak Satriya.
Karena diyakini bahwa: orang yang berwatak Satriya itulah yang mampu melaksanakan Hamemayu Hayuning Bawana
Dengan demikian ‘Gladhi Jemparingan Mataraman‘ yakni mengajak melatih diri-sendiri menjadi pribadi yang pandai, cerdas mengolah dimensi batin dan rasa, sehingga peka (lantip) perasaannya dan mampu membaca fenomena, bersikap Nyawiji – greget – sengguh – ora mingkuh, memiliki cita-cita idealisme, komitmen yang tinggi, integritas moral dan nurani yang bersih, yang mahir memanah dan titis mengenai sasaran.